balas budi seekor semut

Di suatu pagi yang cerah, beberapa kawanan burung keluar dari sarangnya, (piiiit.piiiit,piiiit), burung-burung tersebut menyusuri hamparan persawahan yang amat luas. Salah satu dari kawanan burung tersebut berbisik kepada salah satu temannya “pit, piiit, piiiiiiit, “ayo kawan lihat kesawah itu, padi sudah mulai merunduk, sepertinya pak tani pun tak berada disana”, seluruh kawanan burung tersebut menuju area persawahan yang amat luas, hinggap disetiap teras.

“horeee”, teriak kawanan burung tersebut, bersorak gembira karena santapan sarapan telah siap didepan mata. “ayo kita santaaaaap” teriak salah satu burung, belum sempat mereka mematuk padi, semut merah telah berada dibahu burung-burung tersebut siap menggigit. Sekali gigitan, burung-burung tersebut pun berteriak kesakitan, “ciiiiiiiiiiiit, ciiiiiit, ciiiiiiiiit,…..” suara tersebut berbunyi bersamaan sehingga meramaikan area persawahan tersebut. Sorakan tersebut disertai kibasan burung yang terbang ke udara.  “ayo lari, slap..slap..slap.slap”. sahut mereka kesakitan.

Di hari kedua, kawanan burung tersebut kembali mendatangi persawahan pak tani, mereka mengitari seluruh area persawahan yang amat luas. Hanya saja mereka tidak menemukan padi yang sudah merunduk seperti milik pak Ihsan. “bagaimana ini teman-teman?, kita sudah berkeliling cukup lama, mengitari seluruh area persawahan yang ada, tapi kenapa tidak ada yang berbiji seperti milik pak tani yang kemarin?”,”iya ni, saya sudah amat sangat lapar bos, bagaimana kalau kita kesana saja?” ide salah satu aggotanya. “kalian yakin?, bagaimana kalau semut-semut itu kembali menggigit kita?” Tanya ketua rombongan “aku tidak yakin mereka masih disana, apa mungkin mereka masih tetap menunggu area persawahan tersebut.” Jawaab anggota yang lain. Setelah berkelling cukup lama, akhirnya rombongan kawanan burung tersebut memutuskan menyerbu persawahan pak Ihsan.

“Serbuuuuuu”, sahut ketua rombongan yang diikuti teriakan anggotanya yang sudah kelaparan. Sontak persawahan tersebut ramai bunyi (ciiit, ciiit, ciiiit, ciiit, ciiit ciiiiit, ciiit) di udara. Beberapa detik kemudian kawanan burung tersebut mendarat tepat pada persawahan. Siap menyantap biji-biji padi yang telah siap panen. “horeee, hari ini kita akan melalap habis padi ini, rombongan kita akan pulang dalamkeaaan kenyang, tanpa menyisakan sedikitpun dari padi-padi ini”, sahut ketua rombongan memberikan kode kepada anggotanya.

Percakapan tersebut pun didengar oleh semut-semut merah penghuni persawahan tersebut. Sang prajurit kemudian melaporkannya kepada sang raja semut merah, penguasa kerajaan bawah tanah. “raja, ada berita penting. Salah satu dari anggota kerajaan kita mendengar bahwa burung-burung itu kembali menyerang areal persawahan, mereka akan menghabiskan seluruh hasil panen, bagaimana ini raja?” “Apa? Benarkah kabar tersebut?” Tanya sang raja. “betul tuan, “kami pun mendengar demikian” sahut semut yang lain.Setelah mendengar kabar tersebut, sang rajapun tidak tinggal diam, ia segera memerintahkan seluruh anggota kerajaan semut untuk naik ke daratan menolong pak tani yang beberapa hari kedepan akan segera memanen padi-padi tersebut .

Seluruh pasukan semut pun keluar dari kerajaannya, dengan mengepakkan sayapnya yang mungil, mereka segera tiba di teras-teras sawah yang  terpenuhi burung pipit yang telah melahap biji-biji padi. Pasukan semut datang tanpa diketahui oleh kawanan burung. dengan tanggap pasukan semut itu mulai menyerang. Bertengger di bahu masing-masing burung. Mulai Mengigit perlahan-lahan, burungpun terkaget-kaget bukan main, mencoba mengibas-ngibaskan sayapnya berlepas diri dari gigitan semut. walau dikibas-kibas dengan sayapnya, semut itu tetap bertahan bahkan mencengkeram lebih kuat hingga kawanan burung tersebut kesakitan.

Mereka pun tidak dapat menahan rasa sakitnya, satu persatu meninggalkan teras sawah dengan mengibaskan sayap sekuat-kuatnya. Berharap semut-semut itu jatuh terempas angin. “ciiit, ciiit. Ciit, ciiit, ciiit, ciii, ciiit”, suara kawanan burung bersahutan kesakitan sambil meninggalkan persawahan. Seketika semut – semut itu melepaskan cengkraman kembali kedahan-dahan padi seperti semula. “horeeeeee” teriak rombongan semut kegirangan karena berhasil mengusir kawanan burung. Tetapi, sang raja semut terlihat sedih, “kenapa, baginda bersedih?” Tanya salah satu anggotanya. “aku bersedih, karena belum bisa membantu pak tani, sebagian padi yang beberapa hari lagi siap panen ini berkurang dimakan oleh kawanan burung-burung itu.” “bukankah kita tadi sudah membantu pak tani?” Tanya anggotanya, “iya, kita memang telah membantu, tapi kita terlambat. Sehingga beberapa padi telah dimakan oleh kawanan burung – burung rersebut.” Jawab sang raja dengan memelas.anggota lainnya pun kembali bertanya penasaran, “ tapi baginda, kenapa kita harus repot-repot keluar dari kerajaan kita yang nyaman untuk menolong pak tani ini, sedangkan saat kawanan burung tersebut memakan padi – padi yang lain, kita tetap menetap dikerajaan kita?”

“baiklah akan kujelaskan, dahulu kala, ketika aku belum menjadi penguasa kerajaan semut,  pak Ihsan inilah yang selalu memberiku makan. Seselesainya mencangkul beliau mendatangi kami segerombolan semut yang sedang berjalan membawa barang-barang kebawah tanah. Beliau mengajak kami berbicara, dan memudahkan jalan kami untuk membangun kerajaan dibawah tanah. Beliau sangat menyayangi kami gerombolan para semut, hingga kami bisa membuat kerajan seperi saat ini, dan melahirkan generasi sebanyak sekarang berkat kebaikan dan ketulusan pak Ihsan pemilik sawah ini menyayangi binatang-binatang yang hidup di area persawahan ini.”

“Maka dari itu, kita harus berbuat baik kepada siapa saja. Tidak hanya kepada sesama golongan kita para hewan tetapi juga kepada seluruh makhluk hidup yang lainnya.” Tutur sang raja. Mendengar percakapan tersebut, pak tani yang sedari tadi menunggu di pondokan sawah tersenyum bahagia. Beliau berkata di benaknya, betul memang yang diajarkan baginda nabi ” مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَم”, barang siapa tidak menyayangi, tidak akan disayangi.